Selasa, 28 November 2017

system development


Nama Kelompok :

Dian Rohmah SW (12514999)Hazeta Marchya (14514863)Monica Valencia (16514836)



SISTEM INFORMASI KONSELING DOCTOR IN YOUR HAND


Investigation :
-          Tujuan pembuatan sistem :
·         Mengetahui sakit apa yang sedang dialami
·         Mengetahui tanda-tanda atau gejala-gejala sakit
·         Dapat memberikan penanganan yang pas jika telah mengetahui penyakit apa yang dialami
·         Memberikan solusi berupa resep obat herbal atau alami untuk mengatasi sakit tersebut

Analysis :
-          Kapan sistem digunakan :
Sistem ini dibuat  dan digunakan pada saat seseorang merasakan kondisinya tidak baik dan ingin mengetahui sakit apa yang sedang dialaminya.
-          Kelebihan sistem :
·         Lebih praktis dan efisien, karena dapat digunakan kapan saja dan dimana saja.
·         Dapat digunakan oleh siapa saja, dari anak-anak sampai dewasa.
·         Menghemat waktu, tidak perlu pergi kerumah sakit untuk mengetahui sakit apa yang sedang dialaminya.
·         Tidak memerlukan biaya konsultasi dokter, jadi lebih ekonomis.
·         Tidak berbahaya bagi kesehatan karena resep obat yang diberikan menggunakan bahan-bahan alami.
-          Kekurangan sistem :
·         Hasil yang diperoleh tidak terlalu akurat, karena hasil yang ditampilkan pada aplikasi tersebut  hanya berdasarkan gejala-gejala yang dialami oleh seseorang tersebut, bukan hasil dari ahlinya langsung atau dokter.
·         Program sistem mungkin dapat terjadi error dikarenakan server wib sibuk atau down dank arena komponen sistem belum sepenuhnya sempurna.

Design :
-          Pertama buka terlebih dahulu web konseling di www.doctorinyourhand .com
-          Setelah anda masuk kedalam web konseling ini kemudian anda diminta untuk mengisi apa aja yang anda rasakan pada kondisi badan atau tubuh anda dengan kata-kata yang benar atau tidak boleh disingkat.
-          Setelah itu anda diminta memilih pernyataan tentang sudah berapa lama anda merasakan kondisi tersebut.
-          Selanjutnya klik “proses” dan sistem akan memproses hasil dari jawaban yang telah anda berikan.
-          Setelah selesai memproses, akan muncul hasil dari pernyataan anda, berupa sakit apa yang sedang anda alami dan beserta solusi berupa resep herbal atau alami untuk mengobati sakit yang sedang anda alami.
-          Jika sudah selesai klik “selesai” lalu anda diminta untuk memberi komentar dan bintang tentang web tersebut sebelum keluar web.
-          Setalah itu klik “Close” untuk keluar dari web konseling kami.

Implementation :
Implementasi dalam sistem ini yaitu :

Raw Input
Instrumental Input
Environmental Input
Proses atau perantara output
Output
Individu yang merasakan kondisi badan tidak enak dan ingin mengetahui sakit apa yang sedang dialaminya
Program web → Konselor → tahapan menjalankan aplikasi → sarana yang dipakai (berupa web)



Tujuan program


Data diproses oleh konselor melalui perantara sistem



Hasil dari konseling

Selasa, 31 Oktober 2017

Sistem (Tugas 2)

Nama : Dian Rohmah            12514999
              Hazeta Marchya       14514863
              Monica Valencia       16514836
Kelas : 4PA15


Sistem
Element
input
Processing element
Outputs
Goals
Vending Machine tiket KRL (commuter line)
Kartu atau uang
Masukan kartu (jika untuk melakukan isi ulang atau mengambil jaminan dari kartu anda), dan bisa juga masukan uang berupa koin atau uang kertas apabila ingin membeli tiket, setelah anda masukan uang nanti dilayar aka n ada pilihan lalu anda pilih tujuan anda, apabila ingin mengambil jaminan masukan kartu anda lalu tekan pilihan ambil jaminan, kemudian akan kelar uang dari kotak kecil tempat dimana uangnya akan keluar.
Berupa uang (jika ingin melakukan pembelian tiket melalui vending machine)
Melakukan Transaksi.


Jadi dapat simpulkan bahwa sistem adalah sekelompok komponen dan elemen yang digabungkan menjadi satu untuk mencapai tujuan tertentu. Biasanya sistem terdiri dari input atau data yang dimasukkan , proses dalam menjalankan sistem, dan output atau hasil dari input yang telah diproses. Contoh disini adalah vending mechine krl, input nya adalah kartu atau uang. goalsnya melakukan melakukan transaksi yaitu membeli kartu baru, mengisi ulang kartu atau mengambil uang jaminan.


Sistem Informasi Psikologi

Nama : Dian Rohmah            12514999
              Hazeta Marchya       14514863
              Monica Valencia       16514836
Kelas : 4PA15



1)      Pengertian Sistem
           Sistem menurut Murdick, R.G (dalam Hutahean, 2014) adalah seperangkat elemen yang membentuk kumpulan atau prosedur-prosedur / bagan-bagan pengolahan yang mencari suatu tujuan tertentu. Menurut Indrajit (dalam Hutahean, 2014) mengemukakan bahwa sistem mengandung arti kumpulan-kumpulan dari komponen-komponen yang dimiliki unsur keterkaitan antara satu dengan lainnya.
Menurut Jugianto (dalam Hutahean,2014) mengemukakan bahwa sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan suatu kesatuan yang nyata adalah objek nyata seperti tempat, benda, dan orang-orang-orang yang betul ada dan terjadi.
            Berdasarkan teori diatas disimpulkan bahwa sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang memiliki unsur keterkaitan antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2)      Pengertian Informasi
           Menurut Gordon B.Davis (dalam Hutahean, 2014) informasi adalah data yang telah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.
Informasi adalah data yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi pengguna, yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendukung sumber infomasi (Kusrini dan Koniyo, 2007). Menurut Hutahean (2014) informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya.
            Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting dan menjadi sebuah bentuk yang berguna bagi pengguna dalam menggambil keputusan saat ini atau mendukung sumber informasi.

3)     Pengertian Psikologi
           Gardner Murphy (dalam Sarwono, 2009) berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya. Menurut Muhibbinsyah (2001) psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.
Menurut Basuki (2008) psikologi adalah ilmu pengetahuan (ilmiah) yang mempelajari perilaku, sebagai manifestasi dari kesadaran proses mental, aktivitas motorik, kognitif dan juga emosional. Sedangkan Gardner Murphy (dalam Sarwono, 2009) berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.
            Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku dan proses mental pada manusia baik selaku individu maupun kelompok dalam hubungannya dengan lingkungan.

4)      Definisi Sistem Informasi Psikologi
           Berdasarkan teori system, informasi dan psikologi, maka dapat disimpulkan bahwa Sistem informasi psikologi adalah kumpulan elemen-elemen atau data yang telah diolah dan  memiliki unsur keterkaitan antara satu dengan yang lainnya  sehingga menjadi sebuah bentuk yang berguna untuk mencapai suatu tujuan tertentu berdasarkan tingkah laku dan proses mental pada manusia baik selaku individu maupun kelompok dalam hubungannya dengan lingkungan.





Sumber :
Basuki, A. M. H. (2008). Psikologi umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Hutahaean, J. (2014). Konsep sistem informasi. Yogyakarta : Deepublish.
Kusrini & Koniyo, A. (2007). Tuntunan praktis membangun sistem informasi akuntansi dengan visual basic dan microsoft SQL server. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Muhibbinsyah. (2001). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sarwono, S. W. (2009). Pengantar psikologi umum. Jakarta : Rajawali Pers

Jumat, 21 April 2017

Contoh kasus pertemuan ke 2

 Contoh kasus logoterapi penerapan teknik De- reflection

Contoh kasus berikutnya dikutip dari hasil penelitian oleh Suprapto (2013) yang berjudul “konseling logoterapi untuk meningkatkan kebermaknaan hidup lansia”
          Menjadi tua adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Saat memasuki periode lansia, menjadi seseorang yang lebih berarti dalam hidup tampaknya sangat penting. Lansia akan menghadapi berbagai persoalan yang terkait dengan beberapa perubahan yang dialami lansia, yaitu perubahan dalam aspek fisik, kognitif, dan psikososial. Hal tersebut akan menimbulkan berbagai dampak bagi lansia, salah satunya ialah perasaan tidak bermakna dalam hidup yang dapat menyebabkan terjadinya gejala fisik. Subjek ialah lansia yang mengalami ketidakbermaknaan hidup dan berdampak pada gejala fisik.
      Berdasarkan hasil analisis dari kasus diatas menunjukkan bahwa konseling logoterapi dapat meningkatkan kebermaknaan hidup pada lansia. Konseling logoterapi diberikan pada subjek karena konseling ini merupakan konseling yang diberikan pada individu yang mengalami ketidakjelasan makna dan tujuan hidup. Hal tersebut menyebabkan subjek mengalami kehampaan dan kehilangan gairah hidup. Konseling logoterapi juga diberikan pada subjek karena konseling ini tidak diterapkan untuk kasus patologis berat yang membutuhkan psikoterapi. Selain itu, konseling logoterapi memiliki karakteristik jangka pendek, berorientasi masa depan dan berorientasi pada makna hidup (Bastaman, 2007).
          Dalam pendekatan humanistik eksistensial, subjek mengalami neurosis noogenik yaitu gangguan yang disebabkan tidak terpenuhinya keinginan subjek untuk hidup bermakna, gangguan tersebut berupa beberapa keluhan fisik yang dialami subjek. Penanganan yang diberikan pada subjek ialah konseling logoterapi dengan menggunakan metode dereflection.Metode ini memanfaatkan kemampuan transendensi diri yang terdapat pada setiap individu dewasa seperti subjek dimana subjek diarahkan untuk tidak memperhatikan kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan (Bastaman, 2007). Melalui metode tersebut subjek lebih memperhatikan hal-hal yang positif dan bermanfaat dan mengalami perubahan sikap, yaitu dari sikap yang terlalu memperhatikan diri menjadi sikap yang memiliki komitmen terhadap suatu yang penting bagi subjek. Dalam kasus ini, hal yang penting bagi subjek ialah menentukan tujuan hidup dan menemukan makna hidupnya kembali. Metode dereflection lebih adaptif untuk dilakukan, dimana subjek lebih mudah menerima kondisi dirinya, karena metode tersebut tidak membutuhkan banyak hal yang berkaitan dengan kontrol terhadap pribadinya sebagai seorang lansia. Melalui metode dereflection, subjek dapat melihat hal yang berarti dalam kehidupan mereka dan dapat mengatasi kehampaan eksistensial yang dialaminya. Konseling logoterapi membantu subjek untuk menemukan sendiri makna hidupnya, menyadari bahwa mereka memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan hidup dan bertanggung jawab terhadap pilihan hidup tersebut (Sugioka, 2011).
      Hasil dari konseling logoterapi ini didukung oleh kemauan dan motivasi subjek untuk meningkatkan kebermaknaan hidupnya serta dukungan dari anggota keluarga subjek. Istri subjek menyatakan bahwa terdapat perubahan subjek ke arah yang lebih baik berkaitan dengan sikapnya terhadap istri dan anak-anak subjek. Istri subjek tidak lagi menemui kebiasaan subjek untuk memeriksakan kondisi fisiknya secara berlebihan ke puskesmas. 
        Istri subjek juga menyatakan bahwa subjek kini lebih dapat mengendalikan emosi daripada sebelumnya. Selain dari proses konseling logoterapi, peningkatan kondisi subjek tersebut dipengaruhi oleh pihak lain, yaitu penjelasan dari saudara subjek yang berprofesi dokter yang dapat meyakinkan subjek bahwa gejala fisik yang dikeluhkannya bukan merupakan gejala dari penyakit kronis tertentu. Serta percakapan yang sering dilakukan subjek dengan temannya dimana subjek diajarkan untuk mengubah sikapnya dalam menjalani hidup dan dalam menyikapi orang lain. Subjek menyadari bahwa masukan dari dua pihak tersebut serta proses konseling yang telah dilakukan memiliki manfaat yang besar terhadap dirinya untuk menjadi lebih baik di waktu yang akan datang.
      Selanjutnya berdasarkan Kuesioner Kebermaknaan Hidup yang diisi oleh subjek, terdapat perbedaan yang signifikan pada beberapa poin di awal konseling dengan di akhir konseling. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek belum menemukan tujuan hidupnya sebelum diberikan konseling dan telah mampu menentukan tujuan hidupnya secara jelas setelah diberikan konseling, yaitu dapat membahagiakan keluarga, dapat bermanfaat bagi orang lain, serta lebih dekat dengan Tuhan. Pada poin lain juga terdapat perbedaan yang signifikan, dimana hasil pengisian kuesioner menunjukkan bahwa pada awal konseling subjek belum menemukan makna hidupnya dan pada akhir konseling subjek telah menemukan makna hidupnya. Sedangkan hasil pengisian kuesioner secara keseluruhan, kondisi subjek menunjukkan adanya perubahan pada awal dan akhir konseling. Subjek telah mampu menentukan tujuan hidupnya secara jelas dan telah menemukan makna hidupnya kembali.
           Selama proses konseling logoterapi, peneliti dan subjek memiliki hubungan yang akrab, terbuka, saling menghargai, memahami dan menerima, sehingga proses konseling dapat dilakukan secara fleksibel. Konseling bersifat direktif dimana peneliti memberikan pengarahan pada subjek mengenai hal-hal yang dapat dilakukan subjek sebagai proses untuk menemukan makna hidupnya. Peneliti berperan sebagai participating partner yang menarik keterlibatan dengan subjek sedikit demi sedikit setelah subjek mulai menyadari dan menemukan makna hidupnya (Bastaman, 2007).
         Keterbatasan dalam penelitian ini ialah faktor eksternal yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti, yang kemungkinan dapat mempengaruhi hasil konseling. Faktor eksternal tersebut ialah pengaruh dari keluarga, saudara, serta sahabat subjek. Keluarga, terutama istri subjek, memberikan dukungan setiap saat agar subjek dapat menerima kondisi fisiknya dan menjalani hidup dengan lebih tenang. Selama proses konseling, keluarga mendukung subjek untuk melakukan hal-hal yang positif dan bermanfaat sehingga kebermaknaan hidup subjek meningkat. Saudara subjek yang berprofesi dokter juga memberikan pengaruh terhadap hasil konseling. Saudara subjek tersebut melakukan pemeriksaan terhadap kondisi fisik subjek dan tidak menemukan kemungkinan yang mengarah pada penyakit kronis tertentu. Saudara subjek menjelaskan bahwa gejala fisik yang dialami subjek akibat kondisi fisik subjek yang mengalami penurunan karena memasuki masa lansia, dan meyakinkan bahwa subjek tidak perlu mengkhawatirkan gejala-gejala tersebut. Selanjutnya sahabat subjek yang sering melakukan percakapan dengan subjek juga memberikan dukungan pada subjek. Ia meyakinkan bahwa subjek dapat memiliki kehidupan yang lebih tenang dengan menerima kondisi fisiknya yang menurun. Sahabat subjek yang mengalami kelumpuhan tersebut menyampaikan bahwa ia dapat menjalani hidupnya dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat, sehingga ia berharap subjek dengan kondisi fisik yang lebih baik juga dapat melakukan hal-hal yang bermanfaat.
      Diharapkan setelah konseling dihentikan, subjek dapat mempertahankan atau meningkatkan kebermaknaan hidupnya sehingga menjadi pribadi yang lebih terbuka dan menyenangkan, bersedia melakukan pengalaman baru (Reker & Woo, 2011), selalu memiliki harapan menjadi lebih baik dan bersedia untuk memperbaiki diri, berguna dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar (Bastaman, 2007). Selain itu, sebagai proses meningkatkan kebermaknaan hidupnya, subjek diharapkan dapat mempertahankan ketertarikan, aktivitas, dan interaksi sosial selama periode lansia (Feldman, 2003) serta mampu menemukan makna yang positif dari kehidupan dan kematian, bahkan dalam kondisi fisik yang tidak baik, seperti penurunan fungsi tubuh (Wong, 2007).

Kondisi Subjek Sebelum Dan Setelah Konseling
Sebelum konseling
1.     Subjek sering mencari pelayanan medis karena merasakan berbagai keluhan fisik: sakit kepala (pusing), punggung kaku, nyeri di persendian tangan & kaki, dada sesak, perut kembung, lambung perih, lemah pada bagian kaki, suara serak
2.     Subjek tidak dapat menerima kenyataan bahwa keadaan keluarga tidak tercukupi secara finansial karena subjek tidak mampu memberikan nafkah bagi keluarganya
3.     Subjek menjadi mudah marah dan merasa tidak dihormati sebagai kepala keluarga karena istri dan anak-anaknya sering tidak menuruti perkataan subjek
4.     Permasalahan yang dihadapi subjek membuatnya merasa tidak berharga, merasa tujuan hidupnya tidak terpenuhi dan merasa hidupnya tidak bermakna

Pemberian intervensi
Konseling logoterapi diberikan dalam 4 langkah, yaitu:
1. Mengambil jarak atas gejala (distance from symptoms) dimana konselor membantu menyadarkan subjek bahwa gejala sama sekali tidak identik dan mewakili diri subjek, namun semata-mata merupakan kondisi yang dialami dan dapat dikendalikan
2. Modifikasi sikap (modification of attitude) dimana konselor membantu subjek untuk mendapatkan pandangan baru atas diri dan kondisinya, selanjutnya subjek menentukan sikap baru untuk menentukan arah dan tujuan hidupnya
3. Pengurangan gejala (reducing symptoms) dimana konselor menggunakan teknik logoterapi
berupa dereflection untuk menghilangkan atau mengurangi dan mengendalikan gejala pada subjek
4. Orientasi terhadap makna (orientation toward meaning) dimana konselor bersama subjek membahas bersama nilai-nilai dan makna hidup yang secara potensial ada dalam kehidupan subjek, memperdalam dan menjabarkannya menjadi tujuan- tujuan yang lebih konkrit.

Setelah konseling
1. Keluhan yang dirasakan subjek telah berkurang dan mampu diabaikan oleh subjek sehingga tidak memenuhi kriteria diagnosa untuk gangguan psikologis
2. Subjek telah mampu menerima kondisi bahwa ia tidak mampu memberikan nafkah bagi keluarganya dan lebih memperhatikan hal-hal yang dapat dilakukannya untuk membahagiakan keluarganya
3. Subjek dapat mempertahankan pengendalian emosi yang telah berhasil dilakukannya agar dapat terus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
4. Pernyataan dari anggota keluarga bahwa terdapat perubahan subjek ke arah yang lebih baik berkaitan dengan sikapnya terhadap anggota keluarga
5. Subjek telah memiliki tujuan hidup, yaitu membahagiakan dan mensejahterakan keluarga meski tidak berupa materi, dapat bermanfaat bagi orang lain, dan lebih dekat dengan Tuhan 

TUGAS PERTEMUAN KE 2

LOGOTERAPI ( FRANKL)

A.    Pengertian Logoterapi (Frankl)
Terapi yang mengusahakan agar kehidupan senantiasa berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat dan agama. Menurut Frankl (2004) logoterapi memiliki wawasan mengenai manusia yang berlandaskan tiga pilar filosofis yang satu dengan lainya erat hubunganya dan saling menunjang yaitu:
a.     Kebebasan berkehendak ( Freedom of Will )
Dalam pandangan Logoterapi manusia adalah mahluk yang istimewa karena mempunyai kebebasan. Kebebasan disini bukanlah kebebasan yang mutlak, tetapi kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan manusia bukanlah kebebasan dari (freedom from) kondisi-kondisi biologis, psikologis dan sosiokultural tetapi lebih kepada kebebasan untuk mengambil sikap ( freedom to take a stand ) atas kondisi-kondisi tersebut. Kelebihan manusia yang lain adalah kemampuan untuk mengambil jarak ( to detach ) terhadap kondisi di luar dirinya, bahkan manusia juga mempunyai kemampuan-kemampuan mengambil jarak terhadap dirinya sendiri ( self detachment ). Kemampuan-kemampuan inilah yang kemudian membuat manusia disebut sebagai “ the self deteming being” yang berarti manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri apa yang dianggap penting dalam hidupnya.
b.    Kehendak Hidup Bermakna ( The Will to Meaning )
Menurut Frankl, motivasi hidup manusia yang utama adalah mencari makna. Ini berbeda denga psikoanalisa yang memandang manusia adalah pencari kesenangan atau juga pandangan psikologi individual bahwa manusia adalah pencari kekuasaan. Menurut logoterapi ( Koeswara, 1992 ) bahwa kesenagan adalah efek dari pemenuhan makna, sedangkan kekuasaan merupakan prasyarat bagi pemenuhan makna itu. Mengenal makna itu sendiri menurut Frankl bersifat menarik ( to pull ) dan menawari  ( to offer ) bukannya mendorong ( to push ).Karena sifatnya menarik itu maka individu termotivasi untuk memenuhinya agar ia menjadi individu yang bermakna dengan  berbagai kegiatan yang sarat dengan makna.
c.     Makna Hidup ( The Meaning Of  Life )
Makna hidup adalah sesuatu yang dianggap penting, benar  dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang ( Bastaman, 1996 ). Untuk tujuan praktis makna hidup dianggap identik dengan tujuan hidup. Makna hidup bisa  berbeda  antara manusia satu dengan yang lainya dan berbeda setiap hari, bahkan setiap jam. Karena itu, yang penting bukan makna hidup secara umum, melainkan makna khusus dari hidup seseorang pada suatu saat tertentu. Setiap manusia memiliki pekerjaan dan misi untuk menyelesaikan tugas khusus. Dalam kaitan dengan tugas tersebut dia tidak bisa digantikan dan hidupnya tidak bisa diulang. Karena itu, manusia memiliki tugas yang unik dan kesempatan unik untuk menyelesaikan tugasnya ( Frankl, 2004)
B.     Tujuan Logoterapi
Agar dalam masalah yang dihadapi klien dia bisa menemukan makna dari penderitaan dan kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut.
C.     Fungsi dan Peran Terapis
1.Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah
2.Mengendalikan filsafat pribadi
3.Terapis bukan guru atau pengkhotbah
4.Memberi makna lagi pada hidup
5.Memberi makna lagi pada penderitaan
6.Menekankan makna kerja
7.Menekankan makna cinta
D.    Hubungan Klien dengan Terapis
Dalam logoterapi, konseli mampu mengalami secara subjektif persepsi persepsi tentang dunianya. Dia harus aktif dalam proses terapeutik, sebab dia harus memutuskan ketakutan-ketakutan, perasaan-perasaan berdosa dan kecemasan-kecemasan apa yang akan dieksplorasi. Memutuskan untuk menjalani terapi saja sering merupakan tindakan yang menakutkan. Konseli dalam terapi ini, terlibat dalam pembukaan pintu diri sendiri. Pengalaman sering menakutkan atau menyenangkan dan mendepresikan atau gabungan dari semua perasaan tersebut.
Dengan membuka pintu yang tertutup, konseli mampu melonggarkan belenggu deterministic yang telah menyebabkan dia terpenjara secara psikologis. Lambat laun konseli mulai sadar, apa dia tadinya dan siapa dia sekarang serta klien lebih mampu menetapkan masa depan macam apa yang diinginkannya. Melalui proses terapi, konseli bisa mengeksplorasi alternative-alternatif guna membuat pandangan-pandangan menjadi nyata.
Menurut Frankl (1959), pencarian makna dalam hidup adalah salah satu ciri manusia. Dalam pandangan para eksistensialis, tugas utama konselor adalah mengeksplorasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan ketidakberdayaan, keputusasaan, ketidakbermaknaan, dan kekosongan eksistensial. Tugas proses terapeutik adalah menghadapi masalah ketidakbermaknaan dan membantu Konseli dalam membuat makna dari dunia yang kacau. Frankl menandaskan bahwa fungsi Konselor bukanlah menyampaikan kepada Konseli apa makna hidup yang harus diciptakannya, melainkan mengungkapkan bahwa Konseli bisa menemukan makna, bahkan juga dari penderitaan, karena penderitaan manusia bisa diubah menjadi prestasi melalui sikap yang diambilnya dalam menghadapi penderitaan itu.
Buhler dan Allen (1972) sepakat bahwa psikoterapi difokuskan pada pendekatan terhadap hubungan manusia alih-alih sistem teknik. Para ahli psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
1. Mengakui pentingya pendekatan dari pribadi ke konselor
2. Menyadari peran dari tanggung jawab Konselor
3. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik
4. Berorientasi pada pertumbuhan
5. Menekankan keharusan Konselor terlibat dengan Konseli sebagai suatu
pribadi yang menyeluruh
6. Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan
Konseli
7. Memandang Konselor sebagai model, dalam arti bahwa Konselor dengan gaya
hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia bisa secara implisit
menunjukkan potensi Konseli bagi tindakan kreatif dan positif
8. mengakui kebebasan Konseli untuk mengungkapkan pandangan dan untuk
mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri
9. bekerja ke arah mengurangi ketergantungan Konseli serta meningkatkan kebebasan Konseli.
E.     Teknik Logoterapi
Victor Frankl dikenal sebagai terapis yang memiliki pendekatan klinis yang detail. Diantara teknik-teknik tersebut adalah yang dikenal dengan intensi paradoksal, yang mampu menyelesaikan lingkaran neurotis yang disebabkan kecemasan anti sipatori dan hiper-intensi. Intensi paradoksal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.
Seorang pemuda yang selalu gugup ketika bergaul dengan banyak disuruh Frankl untuk menginginkan kegugupan itu. Contoh lain adalah masalah tidur. Menurut Frankl, kalau anda menderita insomnia, anda seharusnya tidak mencoba berbaring ditempat tidur, memejamkan mata, mengosongkan pikiran dan sebagainya. Anda justru harus berusaha terjaga selama mungkin. Setelah itu baru anda akan merasakan adanya kekuatan yang mendorong anda untuk melangkah ke kasur.
Teknik terapi Frankl yang kedua adalah de-refleksi. Frankl percaya bahwa sebagian besar persoalan kejiwaan berawal dari perhatian yang terlalu terfokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian dari diri sendiri dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya. Misalnya, kalau mengalami masalah seksual, cobalah memuaskan pasangan anda tanpa memperdulikan kepuasan diri anda sendiri. Atau cobalah untuk tidak memuaskan siapa saja, tidak diri anda, tidak juga diri pasangan anda.
F.      Kelebihan Logoterapi
 Logoterapi mengajarkan bahwa setiap kehidupan individu mempunyai maksud, tujuan, makna yang harus diupayakan untuk ditemukan dan dipenuhi. Hidup kita tidak lagi kosong jika kita menemukan suatu sebab dan sesuatu yang dapat mendedikasikan eksistensi kita
G.    Kekurangan Logoterapi
Ada beberapa klien yang tidak dapat menunjukan makna hidupnya sehingga timbul suatu kebosanan merupakan ketidakmampuan seseorang untuk membangkitkan minat apatis, perasaan tanpa makna, hampa, gersang, merasa kehilangan tujuan hidup, meragukan kehidupan. Sehingga enyulitkan konselor untuk melakukan terapi kepada klien tersebut.

Bastaman, H.D. 2007. Logoterapi “Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Frankl. Emil. 2004. On the theory and therapy of mental disorders: an introduction to logotherapy and existential analysis. Brunner-Routledge 270 Madison Avenue. New York.

Gerald Corey. (2007). Teori dan Praktek Konseling. Bandung: PT Refika Aditama.

RATIONAL EMOTIVE THERAPY 

Rational Emotive Behavior Therapy pertama kali disebut Rational Therapy, kemudian Rational Emotive Therapy, kemudian berubah menjadi Rational Emotive Behavior Therapy. Ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1955 oleh Dr. Albert Ellis yang semakin frustrasi dengan ketidakefektifan psikoterapi. Ellis belajar dari filsafat dan psikologi untuk merancang metode yang menurutnya lebih direktif, efisien, dan efektif.
DONESIA

Memahami Terapi Perilaku Emosional Rasional

Premis premis Terapi Rasional Emosional (REBT) adalah bahwa kejadian saja tidak menyebabkan seseorang merasa tertekan, marah, atau sangat cemas. Sebaliknya, ini adalah kepercayaan seseorang tentang kejadian yang berkontribusi terhadap perasaan tidak sehat dan perilaku mengalahkan diri sendiri.

Rational Emotive Behavior Therapy mengajarkan klien untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, membantah, dan bertindak melawan keyakinan irasional dirinya sendiri, sehingga membantu klien untuk tidak hanya merasa lebih baik, tetapi untuk menjadi lebih baik.
Rational Emotive Behavior Therapy adalah terapi berorientasi-solusi aktif yang berfokus pada pemecahan masalah emosional, kognitif dan perilaku pada klien. Terapi Perilaku Emosional Rasional adalah salah satu bentuk pertama Terapi Perilaku Kognitif dan pertama kali diuraikan oleh Ellis pada tahun 1953. Terapi Rasional Emosional yang Fundamental untuk Rasional) adalah konsep bahwa penderitaan emosional terutama menghasilkan, meskipun tidak sepenuhnya, dari evaluasi kita terhadap kejadian negatif. , Bukan semata-mata oleh acara itu sendiri. Dengan kata lain, manusia berdasarkan sistem kepercayaan mereka aktif, meski tidak selalu sadar, mengganggu diri sendiri, dan bahkan mengganggu diri sendiri tentang gangguan mereka.

Kerangka Terapi Perilaku Emosional Rasional mengasumsikan bahwa manusia memiliki kecenderungan rasional dan irasional. Pemikiran / ingatan irasional mencegah pencapaian tujuan, menyebabkan konflik batin, menyebabkan konflik lebih banyak dengan orang lain dan kesehatan mental yang buruk. Rasional pemikiran / gambar mengarah pada pencapaian tujuan dan harmoni yang lebih dalam. Dengan kata lain keyakinan rasional mengurangi konflik dengan orang lain dan meningkatkan kesehatan.
REBT mengklaim bahwa pemikiran irasional dan self-defeating, emoting dan behaving berkorelasi dengan kesulitan emosional seperti self-blame, cemburu, rasa bersalah, Low Frustrasi Toleransi, depresi, dan kegelisahan. Ini adalah pandangan yang dibagikan dengan beberapa terapi terkenal lainnya, seperti konseling Re-evaluasi dan konseling yang berpusat pada orang - karena keduanya muncul pada pertengahan tahun 50an, Ellis dianggap memiliki pengaruh terhadapnya. REBT adalah proses edukasi dan aktif-direktif dimana terapis mengajarkan kepada klien bagaimana mengidentifikasi kecenderungan irasional dan self-defeating yang secara alamiah tidak realistis, tidak logis dan absolut, dan kemudian secara paksa dan emosional membantahnya, dan menggantinya dengan yang lebih rasional. Dan membantu diri sendiri. Dengan menggunakan metode dan aktivitas yang berbeda, klien, bersama dengan bantuan terapis dan latihan di rumah, dapat memperoleh cara berpikir rasional, logis dan konstruktif yang rasional, emotif dan berperilaku.

Salah satu tujuan utama dalam Rasional Emotive Behavior Therapy adalah untuk menunjukkan kepada klien bahwa bila kejadian pengaktifan yang tidak menyenangkan terjadi dalam kehidupan manusia, mereka memiliki pilihan untuk membuat diri mereka merasa sehat dan egois, kecewa, frustrasi, dan terganggu, atau membuat diri mereka merasa Tanpa rasa sakit dan ketakutan diri sendiri, ketakutan, panik, depresi, membenci diri sendiri, dan mengasihani diri sendiri.
Lebih lanjut tentang Terapi Emosional Rasional

Salah satu pilar utama Rational Emotive Behavior Therapy adalah pola berpikir irasional, perasaan dan perilaku merupakan penyebab banyak gangguan manusia, termasuk depresi dan kecemasan. Rational Emotive Behavior Therapy mengajarkan bahwa mengubah preferensi dan keinginan fleksibel menjadi tuntutan dan perintah absolutistik yang luar biasa akan menyebabkan gangguan. Albert Ellis telah menyarankan tiga keyakinan utama yang menyebabkan gangguan (Ellis, 2003):

"Saya harus benar-benar kompeten, memadai, berprestasi, dan selalu dicintai setiap saat, atau saya orang yang tidak kompeten." Keyakinan ini biasanya menimbulkan perasaan cemas, panik, depresi, putus asa, dan tidak berharga.

"Orang penting lainnya dalam hidup saya, harus memperlakukan saya dengan baik dan selalu setiap saat, atau saya tidak tahan dengan itu, dan mereka adalah orang-orang jahat, busuk, dan jahat yang seharusnya dipersalahkan, dihukum, dan dihukum secara kejam karena Perlakuan buruk terhadap saya. " Hal ini menyebabkan perasaan amarah, kemarahan, kemarahan, dan pembalasan dan mengarah pada tindakan seperti pertengkaran, permusuhan, perang, genosida, dan akhirnya, sebuah bencana besar. "

"Saya harus benar-benar kompeten, memadai, berprestasi, dan selalu dicintai setiap saat, atau saya orang yang tidak kompeten." Keyakinan ini biasanya menimbulkan perasaan cemas, panik, depresi, putus asa, dan tidak berharga.

"Orang penting lainnya dalam hidup saya, harus memperlakukan saya dengan baik dan selalu setiap saat, atau saya tidak tahan dengan itu, dan mereka adalah orang-orang jahat, busuk, dan jahat yang seharusnya dipersalahkan, dihukum, dan dihukum secara kejam karena Perlakuan buruk terhadap saya. " Hal ini menyebabkan perasaan amarah, kemarahan, kemarahan, dan pembalasan dan mengarah pada tindakan seperti pertengkaran, permusuhan, perang, genosida, dan akhirnya, sebuah bencana besar. "

"Hal-hal dan kondisi pasti sama seperti yang saya inginkan dan tidak boleh terlalu sulit atau membuat frustrasi. Jika tidak, hidup itu mengerikan, mengerikan, mengerikan, mengerikan dan tak tertahankan." Hal ini menyebabkan toleransi frustrasi rendah, mengasihani diri sendiri, marah, depresi, dan perilaku seperti menunda-nunda, menghindari, dan tidak bertindak. Rational Emotive Behavior Therapy kemudian berpendapat bahwa sistem kepercayaan irasional memiliki kecenderungan kuat terhadap komponen penghinaan berikut: Permintaan (atau Ellis memanggil musturbasi), Awfulizing, Low Frustrasi Tolerance, People Rating, and Overgeneralizing.

Oleh karena itu, sistem kepercayaan evaluatif, berdasarkan pada filosofi inti, yang cenderung menciptakan kesimpulan dan distorsi pemikiran yang tidak realistis, sewenang-wenang, dan bengkok. Oleh karena itu, REBT mengajarkan bahwa ketika orang-orang dengan cara yang tidak dapat dipastikan berlebihan menggunakan absolutistik dan kaku "seharusnya", "harus", dan "oughts", mereka kemungkinan besar akan mengganggu diri mereka sendiri. Penting untuk Terapi Perilaku Emosional Rasional adalah bahwa kebanyakan "isme" dan dogma pada dasarnya tidak sehat dan mengalahkan diri sendiri, dan cara berpikir absolutistik akan, dalam banyak kasus, menciptakan gangguan yang tidak perlu. Filosofi yang tidak fleksibel ini, oleh karena itu, lebih baik diganti dengan sikap yang lebih fleksibel, tidak dogmatis dan self-help. Alternatif yang sehat untuk menuntut adalah penerimaan tanpa syarat manusia - bukan perilaku mereka, tapi hal itu tidak dapat diubah - dan penyelesaian masalah yang ketat dan mudah dilakukan.

Evaluasi yang terganggu terjadi melalui overgenerialisasi, di mana seseorang membesar-besarkan dan mengglobalkan kejadian atau sifat, biasanya kejadian atau sifat atau perilaku yang tidak diinginkan, di luar konteks, sementara hampir selalu mengabaikan kejadian positif atau sifat atau perilaku. Sebagai contoh, pembesaran adalah pembesaran mental dari pentingnya situasi yang tidak diinginkan ke sebuah malapetaka, meningkatkan peringkat sesuatu dari yang buruk menjadi lebih buruk daripada seharusnya, melebihi yang benar-benar buruk, tak dapat ditolerir, sampai suatu bencana. Kelebihan dan overgeneralizing yang sama terjadi dengan penilaian manusia, di mana manusia didefinisikan oleh kekurangan atau kesalahannya: orang tersebut buruk berdasarkan perilaku buruk atau sifat buruk. Frustrasi intoleransi terjadi ketika seseorang melihat bahwa tugas lebih sulit, membosankan, atau membosankan daripada yang diinginkan, tapi membesar-besarkan keburukan ini terhadap sesuatu yang salah terlalu keras, terlalu banyak, tidak semudah yang seharusnya atau di luar apa yang dapat berdiri. 
Banyak dari keyakinan yang mengalahkan diri ini secara bawaan bersifat biologis dan diindoktrinasi di awal kehidupan dan mungkin tumbuh lebih kuat saat seseorang terus-menerus menikmatinya. Dengan metode emotif, kognitif dan perilaku klien belajar untuk menggantikan keharusan absolutistik dan dogmatis dengan preferensi yang fleksibel dan tidak kaku, yang cenderung menyebabkan emosi dan perilaku yang lebih sehat dan konstruktif. Terapis Perilaku Emosi Rasional sangat percaya pada penerapan aturan logika, berpikir lurus, dan metode ilmiah yang cerdas terhadap kehidupan sehari-hari (Ellis, 2003).

REBT menunjukkan bahwa kepercayaan irasional seringkali terlihat jelas dalam bagaimana orang berbicara kepada diri mereka sendiri. Terapis bertanya, "Apa yang kamu katakan pada diri sendiri tentang ...?" Biasanya akan mengungkapkan kesimpulan irasional, dan, dengan pemeriksaan lebih dekat, tuntutan dan evaluasi yang berlebihan. Terapis sangat tertarik untuk menemukan keyakinan inti dan evaluasi filosofis yang mengakar. Ini biasanya merupakan penyebab otomatis kesimpulan negatif dan pemikiran evaluatif tingkat yang lebih tinggi.

REBT mengajarkan bahwa:

Penerimaan diri tanpa syarat, penerimaan lain dan penerimaan hidup sangat penting dalam mencapai kesehatan mental.
Orang-orang dan dunia keliru dan orang-orang lebih baik menerima diri mereka sendiri, kerepotan dan ketidakadilan hidup dan orang lain "sebagaimana adanya".
Mereka menganggap dirinya berharga hanya sebagai hasil hidup dan menendang; Dan lebih baik tidak mengukur "diri" mereka atau "keberadaan mereka" dan memberi penilaian global kepada diri mereka sendiri, karena semua manusia terlalu rumit untuk menilai, dan melakukan perbuatan baik dan buruk dan memiliki keduanya, tidak juga - atau, baik Dan atribut dan sifat buruk.
REBT berpendapat bahwa gagasan dan perasaan tentang harga diri sebagian besar bersifat definitif dan tidak dapat dikonfirmasikan secara empiris atau dapat dipalsukan (Ellis, 2003).

REBT percaya bahwa klien harus bekerja keras untuk menjadi lebih baik, dan pekerjaan ini mungkin mencakup pekerjaan rumah yang diberikan oleh terapis. Tugasnya mungkin termasuk tugas desensitisasi, yaitu dengan membuat klien menghadapi hal yang membuat klien takut. Seringkali Rasional Emotive Behavior Therapy berfokus pada masalah spesifik dan digunakan sebagai terapi singkat, namun pada masalah yang lebih dalam lagi terapi dipromosikan. Faktor lain yang berkontribusi terhadap singkatnya Rational Emotive Behavior Therapy adalah bahwa terapis membantu klien belajar bagaimana menjadi lebih baik melalui kerja keras, dan membantu dirinya untuk melewati masa depan. Ini hanya kerja keras, dan kerja keras, adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan, dan bertahan, lebih baik dan tidak hanya untuk sementara merasa lebih baik. Kolaborasi sukses yang sukses antara terapis REBT dan klien menghasilkan perubahan pada cara filosofis klien untuk mengevaluasi dirinya sendiri, orang lain dan hidupnya, yang kemungkinan akan menghasilkan hasil yang efektif: Langkah klien yang lebih baik menuju penerimaan diri tanpa syarat, penerimaan lainnya dan Penerimaan hidup.

Reverensi : 
Rational Emotive Behavior Therapy - REBT 




TERAPI KELOMPOK (GROUP THERAPY)

Pada tahun 1910 Jacob Mareno (Psikiater Austria) menggunakan teknik teater untuk mengembangkan interaksi dan spontanitas pasien dengan membawa problemnya pada setting kelompok, psikodrama (terapi kelompok). Harleigh B. Trecker mengatakan bahwa terapi kelompok merupakan suatu metode khusus yang memberikan kesempatan kepada individu-individu  dan kelompok-kelompok untuk tumbuh dalam setting-setting fungsional pekerjaan sosial, rekreasi serta pendidikan. Karena banyaknya pasien yang datang pada terapis, maka terapis menggunakan perawatan dalam kelompok. Faktor dinamik yang berkembang dalam situasi kelompok itu sendiri menampilkan faktor-faktor yang baru yang oleh beberapa terapis menganggap suatu kelebihan terhadap terapi individual.
Terapi kelompok terdiri atas beberapa bentuk, sebagian besar berasal dari jenis-jenis terapi individual :
1.      Kelompok Eksplorasi Interpersonal: Tujuan adalah mengembangkan kesadaran diri tentang gaya hubungan interpersonal melalui umpan balik korektif dari anggota kelompok yang lain. Pasien diterima dan didukung, oleh karena itu dapat meningkatkan harga diri. Tipe ini yang paling umum dilakukan.
2.      Kelompok Bimbingan Inspirasi: Kelompok yang sangat terstruktur kohesif, mendukung, yang meminimalkan pentingnya tilikan, dan memaksimalkan nilai diskusi didalam kelompok dan persahabatan. Kelompoknya mungkin saja besar (missal, Alcoholic Anonymus). Anggota kelompok dipilih seringkali karena mereka “mempunyai problem yang sama”
3.      Terapi Berorientasi Psikoanalitik: Suatu teknik kelompok dengan struktur yang longgar, terapis melakukan interprestasi tentang konflik nirsadar pasien dan memprosesnya dari observasi interaksi antar anggota kelompok.
Sejumlah tipe terapi kelompok yang lain antara lain:
1.      Terapi perilaku
2.      Gestalt
3.      Konfrontasi
4.      Psikodrama (Role Play)
5.      Analisis transaksional
6.      Marathon, dll.

Teknik Terapi Kelompok
Terapi kelompok dapat berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan atau beberapa tahun, dan biasanya dilakukan seminggu sekali. Terdiri dari 5-12 anggota (bergantung pada tipenya). Terapis banyak dari disiplin ilmu dapat melakukan terapi kelompok, banyak terapi kelompok dilakukan dengan menyertakan ko-terapis. Beberapa kelompok terdiri dari pasien dengan hanya satu diagnosis (missal, Skizofrenia, Alkoholisme) tetapi ada juga yang campuran. Belum jelas pasien-pasien mana saja yang mendapat manfaat atau memburuk dengan terapi kelompok.

Metode Terapi Kelompok
Dalam praktek, terapi kelompok sangat bervariasi seperti halnya dengan terapi individual. Bentuk-bentuk paling awal terapi kelompok bersifat didaktis dimana pemimpin kelompok berceramah, meyakinkan, dan mengarahkan. Karena adanya perkembangan-perkembangan baru dibidang ini, pemimpin kelompok menjalankan fungsi yang sama untuk kelompok sama seperti yang dilakukan oleh terapis individual untuk pasiennya. Dia mendorong, mengungkapkan, memeriksa motif-motif, memberikan penafsiran-penafsiran, dan sedikit demi sedikit membangkitkan partisipasi masing-masing anggota kelompok dalam fungsi ini.

Kegunaan Terapi Kelompok
Partisipasi dalam pengalaman terapi kelompok akan menghilangian perasaan-perasaan terisolasi dalam diri pasien dan keunikan dari penyakitnya, dan demikian menghilangkan kecemasan-kecemasannya dan mendorongnya untuk membicarakan perasaan-perasaan batinnya dengan sepenuh hati.
Terapi kelompok juga memiliki beberapa keuntungan khusus, yaitu:
1.      Terapi kelompok lebih murah, krena beberapa pasien ditangani pada waktu yang sama.
2.      Format kelompok member peluang kepada pasien untuk mempelajari bagaimana orang lain mengalami masalah-masalah yang serupa menangani kesulitan-kesulitan mereka, dan para anggota lain dalam kelompok dan terapis memberi merekan dukungan social.
3.      Terapi kelompok memungkinkan terapis menggunakan sumber daya terbatas. Format kelompok mungkin meningkatkan jumlah orang-orang yang dapat ditangani oleh seorang terapis, dan dapat mengurangi kewajiban orang untuk menantikan giliran wawancara dengan terapis.
4.      Terapi kelompok dapat memberikan sumber informasi dan pengalaman hidup yang dapat ditimba oleh pasien.
5.      Adanya dukungan kelompok untuk tingkah laku yang tepat. Para pasien mungkin menginginkan terapis memberikan dukungan pada mereka, tetapi dukungan yang diberikan oleh kawan-kawan sekelompok mungkin memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap peningkatan harga diri dan kepercayaan diri.
6.      Belajar bahwa masalah atau kegagalan yang dialami seseorang bukanlah hal-hal yang unik.
7.      Para anggota kelompok yang bertambah baik merupakan sumber pengharapan bagi anggota-anggota lain dalam kelompok.
8.      Adanya peluang-peluang untuk belajar menangani orang secara efektif.

Kekurangan Terapi Kelompok
1.      Tidak semua klien cocok : tertutup, masalah verbal, interaksi
2.      Peran terapis menyebar: menangani banyak orang sekaligus
3.      Sulit menumbuhkan kepercayaan: kurang personal
4.      Klien sangat tergantung dan beharap terlalu banyak pada kelompok
5.      Kelompok tidak dijadikan sarana untuk berlatih
6.      Membutuhkan terapis terlatih

Reverensi :
TERAPI KELOMPOK (GROUP THERAPY) 




PSIKOTERAPI TERAPI PERILAKU (BEHAVIOUR THERAPY)

Terapi perilaku (Behaviour therapy, behavior modification) adalah pendekatan untuk psikoterapi yang didasari oleh Teori Belajar (learning theory) yang bertujuan untuk menyembuhkan psikopatologi seperti; depression, anxiety disorders, phobias, dengan memakai tehnik yang didisain menguatkan kembali perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.  

SEJARAH PERKEMBANGAN TERAPI PERILAKU
Watson dkk selama 1920 melakukan pengkondisian (conditioning) dan pelepasan kondisi (deconditioning) pada rasa takut, merupakan cikal bakal terapi perilaku formal.  Pada tahun 1927, Ivan Pavlov terkenal dengan percobaannya pada anjing dengan  memakai suara bell untuk mengkondisikan anjing bahwa bell = makanan, yang kemudian dikenal juga sebagai Stimulus dan Respon.

Terapi perilaku pertama kali ditemukan pada tahun 1953 dalam proyek penelitian oleh BF Skinner, Ogden Lindsley, dan Harry C. Salomo. Selain itu termasuk juga Wolpe Yusuf dan Hans Eysenck.
Secara umum, terapi perilaku berasal dari tiga Negara, yaitu Afrika Selatan (Wolpe), Amerika Serikat (Skinner), dan Inggris (Rachman dan Eysenck) yang masing-masing memiliki pendekatan berbeda dalam melihat masalah perilaku. Eysenck memandang masalah perilaku sebagai interaksi antara karakteristik kepribadian, lingkungan, dan perilaku.
Skinner dkk. di Amerika Serikat menekankan pada operant conditioning yang menciptakan sebuah pendekatan fungsional untuk penilaian dan intervensi berfokus pada pengelolaan kontingensi seperti ekonomi dan aktivasi perilaku.
Ogden Lindsley merumuskan precision teaching, yang mengembangkan program grafik (bagan celeration) standar untuk memantau kemajuan klien. Skinner secara pribadi lebih tertarik pada program-program untuk meningkatkan pembelajaran pada mereka dengan atau tanpa cacat dan bekerja dengan Fred S. Keller untuk mengembangkan programmed instruction.

Program ini dicoba ke dalam pusat rehabilitasi Aphasia dan berhasil. Gerald Patterson menggunakan program yang sama untuk mengembangkan teks untuk mengasuh anak-anak dengan masalah perilaku.

Tujuan:

Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik learned, maka ia bisa unlearned (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh. Terapi tingkah laku pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang di dalamnya terdapat respons-respons yang layak, namun belum dipelajari;
  • Meningkatkan perilaku, atau
  • Menurunkan perilaku
  • Meningkatkan perilaku:
  • Reinforcement positif: memberi penghargaan thd perilaku
  • Reinforcement negatif: mengurangi stimulus aversi
  • Mengurangi perilaku:
  • Punishment: memberi stimulus aversi
  • Respons cost: menghilangkan atau menarik reinforcer
  • Extinction: menahan reinforcer

Teori dasar Metode Terapi Perilaku
  • Perilaku maladaptif dan kecemasan persisten telah dibiasakan (conditioned) atau dipelajari (learned)
  • Terapi  untuk perilaku maladaptif adalah dg penghilangan kebiasaan (deconditioning) atau ditinggalkan (unlearning) 
  • Untuk menguatkan perilaku adalah dg pembiasaan perilaku (operant and clasical conditioning)
Fungsi dan Peran Terapis 
Terapis tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan masalah-masalah manusia, para kliennya. Terapi tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada tingkahlaku yang baru dan adjustive.

Hubungan antara Terapis dan Klien 
Pembentukan hubungan pribadi yang baik adalah salah satu aspek yang esensial dalam proses terapeutik, peran terapis yang esensial adalah peran sebagai agen pemberi perkuatan. Para terapis tingkah laku menghindari bermain peran yang dingin dan impersonal sehingga hubungan terapeutik lebih terbangun daripada hanya memaksakan teknik-teknik kaku kepada para klien. .

Bentuk bentuk terapi Perilaku
1.  Sistematis Desensitisasi, adalah jenis terapi perilaku yang digunakan dalam bidang psikologi untuk membantu secara efektif mengatasi fobia dan gangguan kecemasan lainnya. Lebih khusus lagi, adalah jenis terapi Pavlov/terapi operant conditioning therapy yang dikembangkan oleh psikiater Afrika Selatan, Joseph Wolpe.
Dalam metode ini, pertama-tama klien diajarkan keterampilan relaksasi untuk mengontrol rasa takut dan kecemasan untuk fobia spesifik. Klien dianjurkan menggunakannya untuk bereaksi terhadap situasi dan kondisi sedang ketakutan. Tujuan dari proses ini adalah bahwa seorang individu akan belajar untuk menghadapi dan mengatasi phobianya, yang kemudian mampu mengatasi rasa takut dalam phobianya.
Fobia spesifik merupakan salah satu gangguan mental yang menggunakan proses desensitisasi sistematis. Ketika individu memiliki ketakutan irasional dari sebuah objek, seperti ketinggian, anjing, ular, mereka cenderung untuk menghindarinya.
 Tujuan dari desensitisasi sistematis untuk mengatasi ini adalah pola memaparkan pasien bertahap ke objek fobia sampai dapat ditolerir.

2.  Exposure and Response Prevention (ERP),  untuk berbagai gangguan kecemasan, terutama gangguan Obsessive Compulsive. Metode ini berhasil bila efek terapeutik yang dicapai ketika subjek menghadapirespons dan menghentikan pelarian. 
Metodenya dengan memaparkan pasien pada situasi dengan harapan muncul kemampuan menghadapi respon (coping) yang akan mengurangi mengurangi tingkat kecemasannya.  Sehingga pasien bisa belajar dengan menciptakan coping strategy terhadap keadaan yang bisa menyebabkan kecemasan perasaan dan pikiran.  Coping strategy ini dipakai untuk mengontrol situasi, diri sendiri dan yang lainnya untuk mencegah timbulnya kecemasan.

3. Modifikasi perilaku, menggunakan teknik perubahan perilaku yang empiris untuk memperbaiki perilaku, seperti mengubah perilaku individu dan reaksi terhadap rangsangan melalui penguatan positif dan negatif.
Penggunaan pertama istilah modifikasi perilaku nampaknya oleh Edward Thorndike pada tahun 1911. Penelitian awal tahun 1940-an dan 1950-an istilah ini digunakan oleh kelompok penelitian Joseph Wolpe, teknik ini digunakan untuk meningkatkan perilaku adaptif melalui reinforcement dan menurunkan perilaku maladaptive melalui hukuman (dengan penekanan pada sebab).
Salah satu cara untuk memberikan dukungan positif dalam modifikasi perilaku dalam memberikan pujian, persetujuan, dorongan, dan penegasan; rasio lima pujian untuk setiap satu keluhan yang umumnya dipandang sebagai efektif dalam mengubah perilaku dalam cara yang dikehendaki dan bahkan menghasilkan kombinasi stabil.
4. Flooding, adalah teknik psikoterapi yang digunakan untuk mengobati fobia. Ini bekerja dengan mengekspos pasien pada keadaan yang menakutkan mereka.  Misalnya ketakutan pada laba laba (arachnophobia ),  pasien kemudian dikurung bersama sejumlah laba laba sampai akhirnya sadar bahwa tidak ada yang terjadi. 
Banjir ini diciptakan oleh psikolog Thomas Stampfl pada tahun 1967. Flooding adalah bentuk pengobatan yang efektif untuk fobia antara lain psychopathologies. Bekerja pada prinsip-prinsip pengkondisian klasik-bentuk pengkondisian Pavlov klasik-di mana pasien mengubah perilaku mereka untuk menghindari rangsangan negatif.

Tehnik Terapi: 
  1. Mencari stimulus yang memicu gejala gejala
  2. Menaksir/analisa kaitan kaitan bagaimana gejala gejala menyebabkan perubahan tingkah laku klien dari keadaan normal sebelumnya.
  3. Meminta klien membayangkan sejelas jelasnya dan menjabarkannya tanpa disertai celaan atau judgement oleh terapis.
  4. Bergerak mendekati pada ketakutakan yang paling ditakuti yang dialami klien dan meminta kepadanya untuk membayangkan apa yang paling ingin dihindarinya, dan 
  5. Ulangi lagi prosedur di atas sampai kecemasan tidak lagi muncul dalam diri klien.
5. Latihan relaksasi 
Relaksasi menghasilkan efek fisiologis yang berlawanan dengan kecemasan yaitu kecepatan denyut jantung yang lambat, peningkatan aliran darah perifer, dan stabilitas neuromuscular. Berbagai metode relaksasi telah dikembangkan, walaupun beberapa diantaranya, seperti yoga dan zen, telah dikenal selama berabad-abad.
Sebagian besar metode untuk mencapai relaksasi didasarkan pada metode yang dinamakan relaksasi progresif. Pasien merelaksasikan kelompok otot-otot besarnya dalam urutan yang tertentu, dimulai dengan kelompok otot kecil di kaki dan menuju ke atas atau sebaliknya. Beberapa klinisi menggunakan hypnosis untuk mempermudah relaksasi atau menggunakan tape recorder untuk memungkinkan pasien mempraktekkan relaksasi sendiri.
Khayalan mental atau mental imagery adalah metode relaksasi dimana pasien diinstruksikan untuk mengkhayalkan diri sendiri di dalam tempat yang berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenangkan. Khayalan tersebut memungkinkan pasien memasuki keadaan atau pengalaman relaksasi seperti yang dinamakan oleh Benson, respon relaksasi.

6. Observational learning, Juga dikenal sebagai: monkey see monkey do. Ada 4 proses utama observasi pembelajaran.
  • Attention to the model. 
  • Retention of details (observer harus mampu mengingat kebiasaan model)
  • Motor reproduction (observer mampu menirukan aksi) 
  • Motivation and opportunity (observer harus termotivasi melakukan apa yang telah diobservasi dan diingat dan harus berkesempatan melakukannya). 
  • reinforcement. Punishment may discourage repetition of the behaviour
7.Latihan Asertif 
Tehnik latihan asertif membantu klien yang:
  1. Tidak mampu mengungkapkan ‘’emosi’’ baik berupa mengungkapkan rasa marah atau perasaan tersinggung.
  2. Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya, 
  3. Klien yang sulit menyatakan penolakan, mengucapkan kata “Tidak”.
  4. Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri. 
Prosedur:  
Latihan asertif menggunakan prosedur-prosedur permainan peran.
Misalnya, klien mengeluh bahwa dia acap kali merasa ditekan oleh atasannya untuk melakukan hal-hal yang rnenurut penilaiannya buruk dan merugikan serta mengalami hambatan untuk bersikap tegas di hadapan atasannya itu. 
Cara Terapinya: 
Pertamanya a-tama klien memainkan peran sebagai atasan, memberi contoh bagi terapis, sementara terapis mencontoh cara berpikir dan cara klien menghadapi atasan. Kemudian, mereka saling menukar peran sambil klien mencoba tingkah laku baru dan terapis memainkan peran sebagai atasan. Klien boleh memberikan pengarahan kepada terapis tentang bagaimana memainkan peran sebagai atasannya secara realistis, sebaliknya terapis melatih klien bagaimana bersikap tegas terhadap atasan.
8. Terapi Aversi
Teknik-teknik pengondisian aversi, yang telah digunakan secara luas untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat/hilang.
Terapi ini mencakup gangguan, kecanduan Alkohol, Napza, Kompulsif, Fetihisme, Homoseksual, Pedhophilia, Judi, Penyimpangan seksual lainnya.
Teknik-teknik aversi adalah metode-metode yang paling kontroversi, misalnya memberikan kejutan listrik pada anak anak autis bila muncul tingkah laku yang tidak diinginkan.

Efek-efek samping:
  • Emosional tambahan seperti tingkah laku yang tidak diinginkan yang dihukum boleh jadi akan ditekan hanya apabila penghukum hadir.
  • Jika tidak ada tingkah laku yang menjadi alternatif bagi tingkah laku yang dihukum, maka individu ada kemungkinan menarik diri secara berlebihan, 
  • Pengaruh hukuman boleh jadi digeneralisasikan kepada tingkah laku lain yang berkaitan dengan tingkah laku yang dihukum, Mis; Seorang anak yang dihukum karena kegagalannya di sekolah boleh jadi akan membenci semua pelajaran, sekolah, semua guru, dan barangkali bahkan membenci belajar pada umumnya,
9. Pengondisian operan
Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang menjadi ciri organisme aktif. Ia adalah tingkah laku beroperasi di lingkungan untuk menghasilkan akibat-akibat. Tingkah laku operan merupakan tingkah laku paling berarti dalam kehidupan sehari-hari, yang mencakup membaca, berbicara, berpakaian, makan dengan alat-alat makan, bermain, dsb.
Menurut Skinner (1971) jika suatu tingkah laku diganjar maka probabilitas kemunculan kembali tingkah laku tersebut di masa mendatang akan tinggi. Prinsip penguatan yang menerangkan pembentukan, memelihara, atau penghapusan pola-pola tingkah laku, merupakan inti dari pengondisian operan. Berikut ini uraian ringkas dari metode-metode pengondisian operan yang mencakup: perkuatan positif, pembentukan respons, perkuatan intermiten, penghapusan, pencontohan, dan token economy.
  • Perkuatan positif, adalah pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Cara ini ampuh untuk mengubah tingkah laku. Pemerkuat-pemerkuat, baik primer maupun sekunder, diberikan untuk rentang tingkah laku yang luas. Pemerkuat-pemerkuat primer memuaskan kebutuhan-kebutuhan fisiologis. Contoh pemerkuat primer adalah makanan dan tidur atau istirahat. Pemerkuat-pemerkuat sekunder, yang memuaskan kebutuhan kebutuhan psikologis dan sosial, memiliki nilai karena berasosiasi dengan pernerkuat-pemerkuat primer.
  • Pembentukan Respon, adalah tingkah laku yang sekarang secara bertahap diubah dengan memperkuat unsur-unsur kecil dari tingkah laku baru yang diinginkan secara berturut-turut sampai mendekati tingkah laku akhir. Pembentukan respons berwujud pengembangan suatu respons yang pada mulanya tidak terdapat dalam perbendaharaan tingkah laku individu. Perkuatan sering digunakan dalam proses pembentukan respons ini. jadi, misalnya, jika seorang guru ingin membentuk tingkah laku kooperatif sebagai ganti tingkah laku kompetitif, dia bisa memberikan perhatian dan persetujuan kepada tingkah laku yang diinginkannya itu. Pada anak autistik yang tingkah laku motorik, verbal, emosional, dan sosialnya kurang adaptif, terapis bisa membentuk tingkah laku yang lebih adaptif dengan memberikan pemerkuat-pemerkuat primer maupun sekunder.
  • Perkuatan intermiten, diberikan secara bervariasi kepada tingkah laku yang spesifik. Tingkah laku yang dikondisikan oleh perkuatan intermiten pada umumnya lebih tahan terhadap penghapusan dibanding dengan tingkah laku yang dikondisikan melalui pemberian perkuatan yang terus-menerus. Dalam menerapkan pemberian perkuatan pada pengubahan tingkah laku, pada tahap-tahap permulaan terapis harus mengganjar setiap terjadi munculnya tingkah laku yang diinginkan, sesegera mungkin saat tingkah laku yang diinginkan muncul. Dengan cara ini, penerima perkuatan akan belajar, tingkah laku spesifik apa yang diganjar. Bagaimanapun, setelah tingkah laku yang diinginkan itu meningkat frekuensi kemunculannya, frekuensi pemberian perkuatan bisa dikurangi.
  • Penghapusan, adalah dengan landadsan bahwa apabila suatu respons terus-menerus dibuat tanpa perkuatan, maka respons tersebut cenderung menghilang. Dengan demikian, karena pola-pola tingkah laku yang dipelajari cenderung melemah dan terhapus setelah suatu periode, cara untuk menghapus tingkah laku yang maladaptif adalah menarik perkuatan dari tingkah laku yang maladaptif itu. Penghapusan dalam kasus semacam ini boleh jadi berlangsung lambat karena tingkah laku yang akan dihapus telah dipelihara oleh perkuatan intermiten dalam jangka waktu lama. Wolpe (1969) menekankan bahwa penghentian pemberian perkuatan harus serentak dan penuh. Misalnya, jika seorang anak menunjukkan kebandelan di rumah dan di sekolah, orang tua dan guru si anak bisa menghindari pemberian perhatian sebagai cara untuk menghapus kebandelan anak tersebut. Pada saat yang sama perkuatan positif bisa diberikan kepada si anak agar belaj.u tingkah laku yang diinginkan.
  • Modeling, metodenya dengan mengamati seorang  kemudian mencontohkan tingkah laku sang model.  Bandura(1969), menyatakan bahwa belajar yang bisa diperoleh melalui pengalaman langsung, bisa juga diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensi-konsekuensinya. Jadi, kecakapan-kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model-model yang ada. Juga reaksi-reaksi emosional yang terganggu yang dimiliki seseorang bisa dihapus dengan cara orang itu mengamati orang lain yang mendekati objek-objek atau situasi-situasi yang ditakuti tanpa mengalami akibat-akibat yang menakutkan dengan tindakan yang dilakukannya. Pengendalian diri pun bisa dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai hukuman. Status dan kehormatan model amat berarti dan orang-orang pada umumnya dipengaruhi oleh tingkah laku model-model yang menempati status yang tinggi dan terhormat di mata mereka sebagai pengamat.
  • Token Ekonomi, metode token economy dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan pemerkuat-pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh. Dalam token economy, tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan perkuatan-perkuatan yang bisa diraba (tanda-tanda seperti kepingan logam) yang nantinya bisa ditukar dengan objek-objek atau hak istimewa yang diingini. Metode taken economy sangat mirip dengan yang dijumpai dalam kehidupan nyata, misalnya, para pekerja dibayar untuk hasil pekerjaan mereka.
Hasil Terapi Perilaku
Terapi perilaku telah berhasil dalam berbagai gangguan dan mudah diajarkan. Cara ini memakan waktu yang lebih sedikit dibandingkan terapi lain dan lebih murah digunakan. Keterbatasan metode adalah bahwa cara ini berguna untuk gejala perilaku yang terbatas, bukannya disfungsi global (sebagai contohnya, konflik neurotic, gangguan kepribadian). Ahli teori yang berorientasi analitik telah mengkritik terapi perilaku dengan mengatakan bahwa menghilangkan gejala sederhana dapat menyebabkan gejala pengganti. Dengan kata lain, jika gejala tidak dipandang sebagai akibat dari konflik dalam diri ( inner conflict ) dan jika penyebb inti dari gejala tidak di jawab atau di ubah, hasilnya adalah timbulnya gejala baru. Satu interpretasi terapi perilaku dicontohkan oleh pernyataan controversial dari Eysenck: “ teori belajar tentang gejala neurotic adalah semata – mata kebiasaan yang dipelajari; tidak terdapat neurosis yang mendasari gejala, tetapi semata- mata gejala itu sendiri. Sembuhkan gejalanya dan anda telah menghilangkan neurosis.” Beberapa ahli terapi percaya bahwa terapi perilaku adalah pendekatan yang terlalu disederhanakan kepada psikopatologi dan interaksi kompleks antara ahli terapi dan pasien. Substitusi gejala mungkin tidak dapat dihindari, tetapi kemungkinannya adalah suatu pertimbangan penting dalam menilai kemanjuran terapi perilaku.

Seperti pada bentuk terapi lainnya, suatu pemeriksaan masalah, motivasi dan kekuatan psikologis pasien harus dilakukan sebelum menerapkan pendekatan terapi perilaku.